TAMASYA LEMBANG

 

Januari 2018, setelah beberapa bulan menggodok agenda tamasya bersama, dimulai dari masuk kelas, ketika Teori Komunikasi menggema disetiap sudut ruangan, hingga detik-detik tombol “Cook” pada rice cooker ditekan yang pada saat itu sedang mengolah Indomie, kami tidak ada hentinya menyinggung perihal tamasya. Saya pikir kekeluargaan di dunia perkuliahan tidak akan sesignifikan itu, ternyata persepsi saya termentahkan begitu saja oleh momentum yang terjadi. Tepat pada awal tahun 2018 yang sangat adiwarna, suatu agenda itu termakbulkan. Ya! Kami sekumpulan insan yang dipertemukan pada satu kelas yang bernama “IKOM C 2015” akhirnya bertamasya. Kami memulai perjalanan dari sebuah kontrakan “multifungsi” sebagaimana yang sudah diintruksikan sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan jarak tempuh Karawang - Bandung (kurang lebih 110 Km), kami nikmati diatas tungganggan milik masing-masing yaitu sepeda motor. Beberapa waktu ditengah perjalanan kami ambil kesempatan untuk beristirahat sejenak, entah itu untuk beribadah, meluruskan kaki yang pada saat itu terasa pegal dan menikmati gorengan serta “Buras” yang disajikan oleh ibu pedagang yang begitu interaktif & antusias ketika kami datang. Berkejaran dengan cuaca, kami mengambil waktu istirahat yang singkat namun efektif, hingga akhirnya waktu istirahat habis dan kami pun segera melanjutkan perjalanan. Pemandangan rindang nan hijau dari pepohonan serta nyiur yang mulai melambai menandakan perjalanan kita akan segera sampai pada satu tujuan, ya! Kami akhrinya bermuara pada satu Vila (Penginapan) di daerah Lembang. Sesampainya disana, belum hilang asap sisa perjalanan dari tunggangan masing-masing, kami layaknya anak kecil yang tidak habis energi untuk bermain. Alhasil ketika melihat kolam renang kami bergegas mencari spot yang memadai untuk langsung melompat, “Byurrrr...” terhempaslah debu jalanan pada tubuh kami, namun tidak sampai membuat air keruh ya hehe.

Waktu beranjak malam, senja mulai memudar. Di sela-sela waktu tersebut kami beristirahat sejenak sebelum nantinya beraktivitas kembali  untuk mempersiapkan makan malam dan acara “kebahagiaan.” Bintang-bintang menampakan wujudnya seolah sedang berpentas di langit yang pada saat itu menjadi layout panggung spektakuler. Seluruh insan perempuan tangguh “IKOM C 2015” bergegas menuju kitchen set sederhana, ciri khas bebunyian antara piring dengan sendok, wajan dengan spatula yang beradu mulai terdengar seolah menenangkan kondisi perut yang mulai “keroncongan.” Berbagai macam hidangan yang dibuat, dimulai dari sayur, daging hingga sambal. Namun ada salah satu nama makanan yang sangat akrab bagi kami, yaitu kerupuk “Bontot.” Jadi kerupuk “Bontot” ini bahan bakunya sama dengan kerupuk udang, yaitu tepung terigu dan campuran udang. Singkatnya, bontot ini adalah bagian ujung dari adonan kerupuk udang yang tidak bisa dipotong lagi yang diolahnya kebanyakan dengan cara di goreng, rasanya benar-benar gurih dan kita akan merasakan tekstur “kriuk” dari setiap gigitannya. Sebagian besar dari kami mengenal kerupuk “Bontot” ini dari Qolby (bagian dari keluarga IKOM C 2015), yang sering membawanya dari UMKM di sekitaran rumahnya, pokoknya keren-keren deh UMKM ini khususnya daerah Karawang, bisa menciptakan makanan yang sangat enak untuk dinikmati, hidup UMKM!.

Makanan telah tersaji dan siap untuk kami santap bersama, pada waktu itu kami mengambil konsep liwetan atau “botram”, kami mengelilingi hidangan yang telah disajikan ditengah-tengah kami. Lahap sudah pasti, masalah perut pun teratasi dibalut dengan candaan ringan yang membuat makan malam semakin terasa nikmat. Momentum seperti itulah yang menumbuhkan dan menghadirkan rasa kekeluargaan kami. Selepas makan malam, kami melanjutkan kegiatan dengan sesi curhat satu sama lain hingga kebersamaan terasa semakin hangat.

Saya pribadi ingin merasakan kembali momentum kebersamaan seperti itu dengan keluarga besar “IKOM C 2015” secara full team. Entah cepat atau lambat, terwujud atau tidak terwujud, yang jelas saya benar-benar rindu dengan masa-masa itu, Ya! masa-masa perkuliahan yang awalnya saya anggap tidak akan bisa menciptakan rasa “kebersamaan”, ternyata tertepis oleh momentum yang begitu berharga dan indah sehingga terciptanya rasa “kebersamaan” yang saya rasakan. Tamasya pada saat itu juga sangat mengobati kondisi hati yang sedang sangat rumit, pelik dan risau perihal asmara. Sejujurnya ada hal “nyentrik” lainnya terkait kenangan dan pengalaman saya pribadi antara “asmara & lembang”, ini tentunya berkaitan satu sama lain. Semoga suatu saat saya bisa membagikannya meskipun terasa tidak penting bagi yang membaca ini HAHA.. Tapi untuk melatih story telling, saya akan mencoba membagikan ceritanya ketika nanti saya tidak merasa aneh dan “geli” membagikan cerita asmara pribadi meskipun sangat tidak penting bagi para pembaca :D



Oh iya, ini ada beberapa dokumentasi dalam bentuk video ketika kami “Tamasya Lembang” yang dibuat oleh content creator kelas kami yang sangat handal, silahkan klik link ini untuk menontonnya https://www.youtube.com/watch?v=DjgkBY1YmRk . Happy watching guys!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Caraku Agar Mahir Bermain Drum.

BUKIT 1000 BINTANG TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI